Postingan

Malaikat Masa kecilku

Seorang wanita seumuranku sedang berdiri disebuah jembatan taman, keindahan taman, dan juga sunyi yang menyelimutinya membuat suasana taman nampak lebih indah. Aku tak pernah sekalipun berbicara dengan seorangpun wanita, namun bagi wanita ini pengecualian. Mata indahnya membuat diriku tak dapat bergerak, beku. Tataan matanya membuat  orang sepertiku tak dapat berucap. Aku berusaha semampuku untuk menghampirinya, “Hai?” entah mengapa kata itu yang terlintas dalam benakku, aku tersenyum kearahnya. Dia berbalik sembari melempar senyum . seketika otakkku tak dapat berpikir, aku diam seribu bahasa. Dikembali menatap air sungai yang mengalir, tenang. Aku ikut berdiri didekatnya, ikut menatap air sungai yang tenang itu, entah mengapa hal itu membuatku nyaman. “Aku sering melihatmu disini” kataku, mataku tetap menatap kearah depan. “Ternyata, kau sudah benar-benar melupakanku yah?” katanya, perkataan itu membuatku bingung. Melupakanku . Dengan refleks aku menatapnya. “Kau ingatkan wanita yan

Salahku

  "Dahulu kala, ada seorang pangeran yang sangat mencintai seorang rakyat jelata, namun dia taku mengungkapkan perasaannya karena tidak ingin keluarganya dipermalukan. Maka dia memendam perasaan itu untuk dirinya sendiri. sering kali Pangeran dan wanita itu bertemu, kadang mereka saling bertegur-sapa. lama kelamaan mereka berteman, meraka selalu bersama. Saat pangeran bersama wanita itu. dia tidak pernah membahas tentang derajatnya dan wanita itu, pangeran merasa sangat nyaman bersamanya. Disaat pangeran ingin mengungkapkan perasaannya pada wanita itu, wanita itu ingin menikah dengan orang lain. Hati pangeran hancur, diapun memutuskan untuk pergi meninggalkan wanita itu, dia tidak ingin hatinya semakin hancur".   "Didalam cerita ini, apa yang kau dapat?" tanya Savian. orang dihadapannya terlihat bingung. "Apa kau mendengarku Abigail?" Wanita dihadapannya masih berusaha mencerna perkataan Savian. " Mengapa Pangeran itu tidak menyampaikan perasaannya?

Kehangatan Keluarga

  Hembusan angin masuk dari luar jendela, Afla terbangun karena mimpi buruknya semalam. wajahnya pucat, ada beberapa tetes keringat melekat diwajahnya. Tangannya digenggam erat oleh seorang gadis lugu, wajah gadis itu cerah. "Selamat pagi, Kak" kata gadis lugu itu. "Apa yang kau lakukan dikamarku? Siapa yang menyuruhmu masuk?" tanya Aflah kepada gadis itu. "Aku....". Afla menarik tangannya dari genggaman gadis itu. "Sebaiknya kau keluar" bentaknya, dia bahkan tidak menatap matanya. "Pergi, kumohon" tambahnya. Gadis lugu itu terpaku menfengar perkataan Afla. Gadis itu berdiri dari tempat dia tadi duduk kemudian beranjak menuju pintu. Afla hanya terdiam, tak dapat berkata, matanya teduh.       Afla berjalan menuju sekolahnya. Sebuah teriakan mengagetkannya, dia berbalik. Arsyila berlari kearahnya sambil membawa bekal makanan. "Kakak lupa membawa bekalnya". Kata gadis itu ketika berada didepan Afla. tangannya memukul lengan